
Kuanyar – Setiap bulan muharram (sura) di Desa Kuanyar selalu diadakan acara Haul Mbok Mban. Peringatan haul ini diadakan di Punden makam mban yang terletak di wilayah Kauman, RT 3 RW 2 Kuanyar.
Menurut cerita para sesepuh, Mbok Mban adalah orang yang “momong” dan “ngrumati” Kanjeng Ratu Kalinyamat ketika masih kecil. Atas jasanya tersebut, Mbok Mban diberi tanah yang kemudian sekarang menjadi desa Kuanyar. Mbok mban disebutkan sebagai orang pertama yang melakukan “babat alas” di Desa Kuanyar.
Tidak disebutkan secara pasti kapan tanggal meninggalnya mbok mban. Tetapi, masyarakat meyakini bahwa Mbok Mban meninggal sekitar bulan Muharram.
Sejak dulu, tanggal perayaan mbok mban juga sering mengalami perubahan. Misal pada masa petinggi Maskat diadakan awal Muharram, Petinggi Abdu setiap 10 Muharram. Sekarang, petinggi khomsatun mengadakannya di hari Jumat terakhir bulan Muharram.
“Kita di sini berdoa memohon kepada Allah, bukan meminta-minta kepada orang yang sudah mati. Mari kita mulai acara istighotsah pada malam hari ini, dan silahkan bagi yang belum wudhlu saya persilahkan untuk wudhlu di tempat yang telah disediakan”, Tutup khomsatun di akhir sambutannya.
Selesai sambutan dari petinggi, tamu undangan yang belum berwudhlu segera melaksanakan wudhlu di tempat wudhlu yang disediakan.
Acara segera dilanjut dengan istighotsah yang dipimpin oleh KH Akhsanuddin dan diikuti oleh para warga yang hadir di Punden mbok mban.
Selesai istighotsah, KH Abdul Kodir memberikan mauidzah khasanah. Beliau menyampaikan agar tidak lupa akan sejarah.
“Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah”, Ujar KH Abdul Kodir. Dalam mauidzahnya, KH Abdul Kodir banyak bercerita tentang sejarah desa Kuanyar. Sebelum menjadi nama “Kuanyar”, Mbah kresek memberi nama dengan sebutan “Bumiku Anyar”. Beliau juga bercerita tentang para leluhur sebagai cikal bakal desa Kuanyar seperti mbah dodol (babadan), Mbah kresek (Sebatang), Mbah sastro Mulyono (Gedang Gepeng), Mbah sugeng (Bondoyo), Mbah Suryo (Ngalasan timur), Mbah Sastroamidjoyo (Ngalasan Barat), dan Mbah suradi (Kranggan).
Acara dilanjut dengan tahlil yang dimpin oleh Mbah Modin Subhan dan dilanjutkan doa bersama yang dipimpin beliau Syaikhuna Ustad Abu Yazid.